Oleh Fitri Nur Arifenie - Rabu, 26 Januari 2011 | 16:36 WIB
JAKARTA. Maraknya investasi asing yang masuk ke Indonesia berhasil
mengerek pertumbuhan properti di kawasan industri di wilayah
Jabodetabek. Serapan lahan di kawasan industri pada tahun 2010 lebih
tinggi daripada pada tahun 2009. Membaiknya sentimen ekonomi dan iklim
investasi di dalam negeri pada 2010 membuat permintaan khususnya dari
perusahaan asing yang ingin membangun pabrik semakin gencar.
"Berdasarkan survey Jones Lang LaSalle, penyerapan lahan kawasan industri sepanjang 2010 mencapai sekitar 420 hektare (ha)," ujar Kepala Riset Jones Lang La Salle, Anton Sitorus. Bandingkan pada 2009, serapan properti untuk kawasan industri hanya sebesar 160 ha.
Menurut Anton, kenaikan permintaan ini juga mampu mengerek tingkat hunian. Pada tahun 2009, tingkat hunian properti di kawasan industri Jabodetabek hanya sekitar 58%. Pada tahun 2010, tingkat hunian naik menjadi 65%. "Naiknya tingkat hunian karena suplai untuk kawasan industri tidak ada kenaikan dibandingkan 2009, sedangkan permintaan terus naik," lanjut Anton.
Direktur Utama Jones Lang LaSalle, Djodi Trisusanto masih yakin pertumbuhan properti di kawasan industri akan semakin tinggi ke depannya. "Karena masih ada ekspansi China, Korea dan Jepang. Tidak hanya manufaktur tapi dari segi logistik juga akan meningkat," jelas Djodi.
Berbeda dengan kawasan industri, pertumbuhan properti di sektor kondominium justru keok. Walaupun total penjualan unit-unit kondominium baru pada 2010 meningkat dibanding tahun 2009, namun jumlahnya masih lebih rendah ketimbang 2008.
"Berdasarkan survey Jones Lang LaSalle, penyerapan lahan kawasan industri sepanjang 2010 mencapai sekitar 420 hektare (ha)," ujar Kepala Riset Jones Lang La Salle, Anton Sitorus. Bandingkan pada 2009, serapan properti untuk kawasan industri hanya sebesar 160 ha.
Menurut Anton, kenaikan permintaan ini juga mampu mengerek tingkat hunian. Pada tahun 2009, tingkat hunian properti di kawasan industri Jabodetabek hanya sekitar 58%. Pada tahun 2010, tingkat hunian naik menjadi 65%. "Naiknya tingkat hunian karena suplai untuk kawasan industri tidak ada kenaikan dibandingkan 2009, sedangkan permintaan terus naik," lanjut Anton.
Direktur Utama Jones Lang LaSalle, Djodi Trisusanto masih yakin pertumbuhan properti di kawasan industri akan semakin tinggi ke depannya. "Karena masih ada ekspansi China, Korea dan Jepang. Tidak hanya manufaktur tapi dari segi logistik juga akan meningkat," jelas Djodi.
Berbeda dengan kawasan industri, pertumbuhan properti di sektor kondominium justru keok. Walaupun total penjualan unit-unit kondominium baru pada 2010 meningkat dibanding tahun 2009, namun jumlahnya masih lebih rendah ketimbang 2008.
Sepanjang 2010, penjualan kondominium mencapai 3.800 unit. Jumlah ini
naik 50% dari tahun sebelumnya. Sementara pada 2008, jumlah permintaan
kondominium mencapai 6.500 unit.
"Namun, meski turun, permintaan akan terus meningkat ditopang oleh pertumbuhan suku bunga yang stabil dan permintaan dari end-user akan hunian di dalam kota," papar Anton.
Merujuk pada data Jones Lang LaSalle, saat ini total pasokan kondominium sebesar 70.520 unit. Dari jumlah tersebut, sekitar 89%nya sudah terjual. Hingga 2013, akan ada tambahan kondominium sebesar 25.150 unit. Dari jumlah tambahan itu, sekitar 50% sudah dalam status laku terjual. "Sehingga masih banyak potensi yang akan tumbuh," tandas Anton.
"Namun, meski turun, permintaan akan terus meningkat ditopang oleh pertumbuhan suku bunga yang stabil dan permintaan dari end-user akan hunian di dalam kota," papar Anton.
Merujuk pada data Jones Lang LaSalle, saat ini total pasokan kondominium sebesar 70.520 unit. Dari jumlah tersebut, sekitar 89%nya sudah terjual. Hingga 2013, akan ada tambahan kondominium sebesar 25.150 unit. Dari jumlah tambahan itu, sekitar 50% sudah dalam status laku terjual. "Sehingga masih banyak potensi yang akan tumbuh," tandas Anton.