TOL LAUT JOKOWI
JIA INDONESIA [ JAVA INDUSTRIAL AGENCY ]
INVESTASI DI INDONESIA
Indonesia adalah tujuan
utama investasi Anda. Kekayaan sumber daya alam, angkatan kerja usia muda yang
berpendidikan, pasar domestik yang luas yang tumbuh secara cepat, digabungkan
dengan iklim investasi yang semakin baik dan profil global yang terus meningkat
adalah beberapa faktor keunggulan Indonesia. Dengan stabilitas yang sudah
tertanam kokoh selama 16 tahun terakhir, kondisi demokrasi yang dinamis,
perekonomian Indonesia yang kuat dan berpotensi tinggi, Indonesia saat ini
sudah siap untuk “tinggal landas” menuju masa depan yang lebih baik. Jadilah mitra
Indonesia untuk meraih masa depan yang lebih sejahtera. Invest in Remarkable Indonesia.
Investasi Masuk RI Tertinggi ASEAN (Enam Tahun Terakhir Tumbuh 45 Persen)
JAKARTA – Indonesia
boleh dikatakan menjadi negara jujukan investasi yang paling menarik saat
penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015. Sebab, selama enam tahun
terakhir, Indonesia sudah mempunyai modal besar dan menjadi idola pemodal asing
untuk menanamkan investasi. The Institute of Chartered Accountants in England
and Wales (ICAEW) mencatat, pertumbuhan arus modal asing ke tanah air hampir
menyentuh 45 persen pada 2013. Posisi tersebut paling tinggi di antara
negara-negara kawasan Asia Tenggara lainnya.
Chief EconomistICAEW
Douglas McWilliams menyatakan, rata-rata pertumbuhan modal masuk asing di ASEAN
berkisar 15–20 persen pada 2013. Ranking Indonesia melejit mengungguli Thailand
sejak 2007. Kala itu tren pertumbuhan investasi asing di Indonesia menanjak
dari posisi 20–25 persen, kemudian menembus 30 persen pada 2008, hingga 20–40
persen pada 2012–2013.
Sebaliknya, pada 2007
pertumbuhan investasi Thailand justru lengser menuju 22 persen hingga jeblok ke
0–5 persen pada 2013. ”Jadi, Indonesia masih terdepan untuk investasi
intra-ASEAN,” ungkapnya Rabu (3/12). Peningkatkan aliran modal tersebut memang
merupakan dampak kebijakan Bank Sentral AS untuk menggelontorkan dana stimulus
(quantitative easing). Namun, setelah era QE, Indonesia masih memiliki
keuntungan dalam menghadapi integrasi pasar. Sebab, modal tetap akan menuju
Asia Tenggara. ”Investor masih menuju ASEAN. Investor besar dari Eropa, India,
dan Jepang, misalnya, tengah berpikir meningkatkan exposure mereka di ASEAN,”
terangnya.
Lead Economist World
Bank Indonesia Ndiame Diop mengakui, potensi Indonesia untuk menyerap investasi
dari pasar global sangat besar. Sayangnya, hasil investasi itu bisa tidak
optimal karena di lain pihak memicu impor yang besar pula. ”Sebab, setiap
kenaikan investasi USD 1, ada kenaikan impor USD 34 sen. Ini harus
dikurangisupaya hasil investasinya maksimal,” terangnya kepada Jawa Pos.
Menurut Diop, salah
satu cara untuk mengimbangi importasi tersebut adalah dengan ekspor. Karena
itu, industri manufaktur Indonesia harus didorong untuk orientasi ekspor.
”Eskpor harus besar supaya bisa mengurangi defisit neraca pembayaran dan
current account deficit (defisit transaksi berjalan),” ujarnya.
Diop mengungkapkan,
Indonesia tidak bisa menyandarkan lagi pada barang-barang tambang atau
komoditas yang cenderung melemah harganya. Produk ekspor manufaktur kini lebih
bernilai tambah dan menghindari penurunan harga komoditas di pasar internasional.
”Jadi, problemnya di harga sehingga harus ekspor manufaktur dan diversifikasi
pasar di luar ASEAN,” terangnya. Beberapa negara yang potensial untuk tujuan
ekspor, antara lain, Tiongkok, Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang.
(gal/c22/oki)
BKPM: Realisasi Investasi 2015 Tetap Tinggi
“Kecenderungan
peningkatan investasi tampak dari jumlah rencana investasi yang ada di pipeline
September 2014 yang nilainya mencapai Rp2.000 triliun atau meningkat Rp200
triliun dari Juli 2014 sebesar Rp1.800 triliun,” kata Deputi Pengendalian
Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Azhar Lubis di Jakarta,
Selasa (21/10).
Presiden Joko Widodo,
menurut Azhar, memiliki visi untuk mendorong pembangunan. Komitmen investasi
tersebut berasal dari berbagai sektor, salah satu yang terbesar adalah sektor
hilirisasi tambang seperti pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan
(smelter) dan sektor pengolahan perkebunan.
“Investor semakin
percaya akan ekonomi Indonesia selain ada peningkatan komitmen investasi juga
karena carry over dari tahun sebelumnya yang masih menunggu kondisi ekonomi
Indonesia, bahkan komitmen telah terkumpul sejak 2011,” paparnya.
Agar komitmen investasi
dapat di realisasikan dengan cepat, lanjut Azhar, upaya mendorong perbaikan
infrastruktur seperti penyediaan listrik, jalan, dan pelabuhan harus
dipercepat.
“Infrastruktur harus
segera disediakan khususnya di daerah terpencil agar menarik investor dan
membuka pusat pertumbuhan baru,” ujarnya.
Berdasarkan data BKPM,
sepanjang Januari hingga September 2014 realisasi investasi langsung mencapai
Rp342,7 triliun. Investasi terdiri atas Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar
Rp228,3 triliun atau tumbuh 14,6% dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
sebesar Rp114,4 triliun atau tumbuh 21,6%.
INVESTASI DI KAWASAN INDUSTRI
Kawasan Industri
Modern Cikande
|
Berdasarkan rapat kerja
Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan
Industri (Ditjen PPI) pada Mei 2013, prospek investasi kawasan industri
terbilang cukup cerah. Salah satu faktor pendorongnya yaitu adanya RUU
Perindustrian. Undang-undang ini akan menjamin bahwa pemerintah menyediakan
kawasan industri baik membangun sendiri maupun bekerjasama dengan swasta.
Selain faktor tersebut, ada beberapa faktor mengapa investasi kawasan industri
di Indonesia menjanjikan diantaranya yaitu adanya investasi sektor industri
yang cenderung meningkat ke kawasan industri, permintaan lahan kawasan industri
meningkat sedangkan pasokan cenderung konstan, dan adanya regulasi yang
mewajibkan perusahaan industri berlokasi di kawasan industri (PP No. 24/2009
tentang Kawasan Industri).
Pemerintah perlu mencontoh
kawasan industri yang sudah ada seperti Kawasan Industri ModernCikande di
Cikande agar pembangunan kawasan industri baru yang dibangun oleh pemerintah
memiliki infrastruktur yang lebih baik sehingga kawasan tersebut dapat
mendongkrak perekonomian di daerah tersebut khususnya dan secara nasional pada
umumnya. (Informasi lebih lengkap tentang investasi di bidang kawasan industri,
silahkan kli pada tautan berikut)
Memasuki tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi oleh semua lembaga baik dalam negeri maupun luar negeri masih positif berkisar antara 5,5% – 6,5%, seperti yang diungkapkan oleh Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi kepada bisnis.com di sela-sela acara Market Outlook Perdagangan Berjangka, November 2013 lalu.
Memasuki tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi oleh semua lembaga baik dalam negeri maupun luar negeri masih positif berkisar antara 5,5% – 6,5%, seperti yang diungkapkan oleh Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi kepada bisnis.com di sela-sela acara Market Outlook Perdagangan Berjangka, November 2013 lalu.
Adanya pertumbuhan ekonomi yang
positif dapat mendongkrak peningkatan pembangunan pabrik-pabrik baru untuk
memenuhi permintaan konsumen dan meningkatnya permintaan kawasan industri.
Seperti yang diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh
konsumsi dalam negeri.
Peningkatan upah minimum buruh di
berbagai provinsi, kota dan kabupaten pada tahun 2014 ini tidak terlalu
menghambat pertumbuhan industri karena ada beberapa pabrik yang hanya relokasi
ke daerah yang masih memiliki upah minimum kecil.
Sumber: http://www.modern-cikande.co.id/lang_id/artikel/prospek-investasi-kawasan-industri-di-tahun-2014/
Indonesia dan Jepang sepakat perbaiki kawasan industri
JAKARTA. Pemerintah Indonesia dan Jepang sepakat melakukan pembangunan
kawasan perkotaan atau Metropolitan Priority Area (MPA). Rencananya,
proyek itu akan mulai berjalan pada 2013 mendatang.
Proses pembangunan mulai dilakukan dengan studi kelayakan di kawasan Jakarta dan sekitarnya. "Yang menjadi pilot project adalah kawasan industri Pulogadung di Jakarta Timur dan Cikarang karena di sana banyak pabrik-pabrik perusahaan dari Jepang," kata Deputi Sarana dan Prasarana Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Dedy Priatna, Rabu (25/11).
Dedi menjelaskan, pemerintah Jepang ingin ada perbaikan infrastruktur di kawasan industri tersebut. Diantaranya perluasan Pelabuhan Tanjung Priok atau membuat pelabuhan baru, perluasan Bandara Soekarno-Hatta, serta mempercepat realisasi mass rapid transport (MRT) dari selatan menuju utara, sepanjang Lebak Bulus menuju Kota serta jalur Cikarang menuju Balaraja yang menghubungkan timur dengan barat.
"Mereka sangat tertarik untuk menggarap MRT, tapi sejauh ini belum ada komitmen apapun sebelum adanya penandatanganan Memorandum of Cooperation (MOU)," tandasnya.
Asal tahu saja, konsep pembangunan MPA adalah menghubungkan antara pusat produksi dengan pasar. Dalam hal ini, Dedy mengatakan, Jepang ingin menghubungkan pusat barang-barang produksi mereka yang ada di Indonesia dengan pasar baik dalam negeri maupun ke internasional. Misalnya, pembangunan jalan, pelabuhan, listrik, sanitasi, bahkan hingga lapangan udara.
Pembangunan proyek MPA akan menelan dana yang cukup besar. "Hibah dari Jepang untuk masterplan sekitar US$ 3 juta sampai US$ 5 juta. Sedangkan untuk studi kelayakan diprediksi sekitar US$ 5 juta," ucapnya Dedy.
Ia mengatakan, Jepang juga telah menyiapkan hibah sebesar US$ 10 juta untuk persiapan kerjasama ini. Selain itu, Jepang juga telah menyatakan kesiapannya menyediakan anggaran sebesar US$ 52,9 miliar untuk pembangunan satu dari enam koridor ekonomi.
Proses pembangunan mulai dilakukan dengan studi kelayakan di kawasan Jakarta dan sekitarnya. "Yang menjadi pilot project adalah kawasan industri Pulogadung di Jakarta Timur dan Cikarang karena di sana banyak pabrik-pabrik perusahaan dari Jepang," kata Deputi Sarana dan Prasarana Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Dedy Priatna, Rabu (25/11).
Dedi menjelaskan, pemerintah Jepang ingin ada perbaikan infrastruktur di kawasan industri tersebut. Diantaranya perluasan Pelabuhan Tanjung Priok atau membuat pelabuhan baru, perluasan Bandara Soekarno-Hatta, serta mempercepat realisasi mass rapid transport (MRT) dari selatan menuju utara, sepanjang Lebak Bulus menuju Kota serta jalur Cikarang menuju Balaraja yang menghubungkan timur dengan barat.
"Mereka sangat tertarik untuk menggarap MRT, tapi sejauh ini belum ada komitmen apapun sebelum adanya penandatanganan Memorandum of Cooperation (MOU)," tandasnya.
Asal tahu saja, konsep pembangunan MPA adalah menghubungkan antara pusat produksi dengan pasar. Dalam hal ini, Dedy mengatakan, Jepang ingin menghubungkan pusat barang-barang produksi mereka yang ada di Indonesia dengan pasar baik dalam negeri maupun ke internasional. Misalnya, pembangunan jalan, pelabuhan, listrik, sanitasi, bahkan hingga lapangan udara.
Pembangunan proyek MPA akan menelan dana yang cukup besar. "Hibah dari Jepang untuk masterplan sekitar US$ 3 juta sampai US$ 5 juta. Sedangkan untuk studi kelayakan diprediksi sekitar US$ 5 juta," ucapnya Dedy.
Ia mengatakan, Jepang juga telah menyiapkan hibah sebesar US$ 10 juta untuk persiapan kerjasama ini. Selain itu, Jepang juga telah menyatakan kesiapannya menyediakan anggaran sebesar US$ 52,9 miliar untuk pembangunan satu dari enam koridor ekonomi.
Target penggunaan kawasan industri
mencapai 1.000 ha hingga akhir 2011
JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan penggunaan
kawasan industri mencapai 1.000 hektare (ha) hingga akhir tahun. Hingga
September 2011 kawasan industri utama di Karawang, Tangerang,
Purwakarta, Bekasi, dan Serang telah mencatatkan 900 ha.
"Akibat kebutuhan masyarakat yang meningkat membuat perusahaan berniat menambah kapasitas produksi dan juga investasi," ujar Dirjen Pengembangan Pewilayahan Industri Kementerian Perindustrian Dedi Mulyadi, Senin (31/10).
Perkembangan pesat kawasan industri dimulai sejak 2007. Saat itu kawasan industri hanya tercatat sekitar 100 ha. Angka itu lalu meningkat menjadi 200 ha pada 2009. Setahun kemudian banyaknya investasi baru mendongkrak penggunaan kawasan industri menjadi 500 ha.
Sektor otomotif berkontribusi sebesar 48% dari total kawasan industri. Industri makanan dan minuman, tekstil, petrokimia, dan telekomunikasi menjadi sektor penyumbang peningkatan kawasan industri lainnya.
Sayangnya, dia masih belum dapat mematok target pada 2012. Dedi hanya memastikan industri logam dasar akan berkembang di luar Pulau Jawa, sedangkan kawasan industri di Pulau Jawa akan menjadi pusat industri berteknologi tinggi yang tidak butuh banyak air.
Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi, pernah menyebutkan, Pulau Jawa masih menjadi andalan pengembangan industri utama.
Untuk industri telematika, Indonesia masih mengandalkan Jakarta, Bandung, dan Surabaya sebagai lokasi utama. Sementara sektor perkapalan, Lamongan dan Surabaya menjadi sentra pengembangan industri utama. Lalu, sektor tekstil akan terpusat di Majalengka, sedangkan pertahanan pada wilayah Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Hanya saja, pengembangan kawasan industri di luar Karawang, Bekasi, dan Serang masih terkendala beberapa masalah seperti permasalahan infrastruktur, regulasi perpajakan dan ketersediaan energi.
"Akibat kebutuhan masyarakat yang meningkat membuat perusahaan berniat menambah kapasitas produksi dan juga investasi," ujar Dirjen Pengembangan Pewilayahan Industri Kementerian Perindustrian Dedi Mulyadi, Senin (31/10).
Perkembangan pesat kawasan industri dimulai sejak 2007. Saat itu kawasan industri hanya tercatat sekitar 100 ha. Angka itu lalu meningkat menjadi 200 ha pada 2009. Setahun kemudian banyaknya investasi baru mendongkrak penggunaan kawasan industri menjadi 500 ha.
Sektor otomotif berkontribusi sebesar 48% dari total kawasan industri. Industri makanan dan minuman, tekstil, petrokimia, dan telekomunikasi menjadi sektor penyumbang peningkatan kawasan industri lainnya.
Sayangnya, dia masih belum dapat mematok target pada 2012. Dedi hanya memastikan industri logam dasar akan berkembang di luar Pulau Jawa, sedangkan kawasan industri di Pulau Jawa akan menjadi pusat industri berteknologi tinggi yang tidak butuh banyak air.
Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi, pernah menyebutkan, Pulau Jawa masih menjadi andalan pengembangan industri utama.
Untuk industri telematika, Indonesia masih mengandalkan Jakarta, Bandung, dan Surabaya sebagai lokasi utama. Sementara sektor perkapalan, Lamongan dan Surabaya menjadi sentra pengembangan industri utama. Lalu, sektor tekstil akan terpusat di Majalengka, sedangkan pertahanan pada wilayah Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Hanya saja, pengembangan kawasan industri di luar Karawang, Bekasi, dan Serang masih terkendala beberapa masalah seperti permasalahan infrastruktur, regulasi perpajakan dan ketersediaan energi.
Langganan:
Postingan (Atom)